POPULASI DAN HABITAT MACAN TUTUL JAWA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
Kepala Balai TN Meru Betiri, Maman Surahman, S,Hut., M.Si., menginformasikan bahwa kawasan hutan TN Meru Betiri mampu menampung populasi macan tutul jawa (Panthera pardus melas) sampai dengan 50 ekor dan dapat bertahan lebih dari 100 tahun, tentunya dengan pengelolaan yang berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikan setelah mencermati hasil analisis data monitoring menggunakan kamera/video trap selama 5 tahun yaitu 2017-2021. Hal ini juga didukung oleh karakteristik habitat, ketersediaan satwa mangsa, dan tingkat gangguan yang rendah.
Kegiatan monitoring dilakukan dengan menggunakan kamera/video trap yang dipasang dipasang di 52 Grid (ukuran 2x2 Km) yang menjadi site monitoring seluas 20.000 ha, meliputi wilayah Resort Sukamade, Rajegwesi, Karangtambak, Bandealit, Sanenrejo, Malangsari dan Resort Sumberpacet, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan monitoring satwa prioritas ini dilaksanakan secara kolaboratif bersama masyarakat sekitar kawasan dan didukung oleh mitra kerja yaitu Yayasan SINTAS Indonesia, Kader Konservasi, dan Polsek Pesanggaran, Banyuwangi dan Polsek Tempurejo, Jember. Peningkatan populasi tersebut ditandai dengan adanya 6 individu muda yang terekam kamera/video trap pada tahun 2018, 2019, 2020 dan 2021. Disamping itu juga diperoleh rekaman video individu betina yang diduga masih dalam masa hamil dan menyusui sebagai bukti adanya regenerasi dan perkembangbiakan dalam populasi yang baik.
Salah satu mandat pengelolaan kawasan TN Meru Betiri adalah perlindungan habitat satwa langka terutama macan tutul jawa. Berdasarkan identifikasi pola tutul, populasi macan tutul jawa yang teridentifikasi pada tahun 2017-2021 secara berurutan adalah sebanyak 6 individu (2017), 15 individu (2018), 12 individu (2019), 15 individu (2020) dan 17 individu (2021). Kepadatan (densitas) satwa langka ini diperkirakan berturut-turut sebesar 4,7 (2017), 5,8 (2018), 6,1 (2019) dan 6,4 (2020) individu untuk setiap 100 km2.
Secara keseluruhan, jumlah populasi macan tutul jawa yang telah teridentifikasi sejak tahun 2017 s/d 2021 sebanyak 22 individu, yang terdiri dari 11 betina dan 10 jantan serta 1 individu belum teridentifikasi jenis kelaminnya. Kamera/video trap juga telah merekam satwa lain yang berpotensi menjadi satwa mangsa sebanyak 30 jenis antara lain berupa : banteng, rusa, kijang, kancil, binturong, babi hutan, musang, monyet ekor panjang, lutung, ayam hutan, merak, trenggiling, tupai, landak, dan burung.
Menerima laporan perkembangan populasi macan tutul jawa tersebut, Direktur Jenderal KSDAE mengatakan bahwa hasil monitoring macan tutul jawa di TN Meru Betiri ini menggambarkan wujud nyata dari upaya Ditjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjaga keseimbangan alam sehingga dapat berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan yang akan bermanfaat bagi umat manusia baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Lebih lanjut, memberikan arahan agar semua pihak terutama Balai TN Meru Betiri melakukan langkah kolaboratif yang konkrit bersama masyarakat dan stakeholder terkait melalui upaya pendidikan konservasi dan pengamanan kawasan hutan sehingga dapat terjaga keseimbangan alam, dan alam juga akan menjaga kita.